Berlayar bersama KM. Bukit Siguntang

Kupang 19 Desember 2014

Akhirnya saya mendapatkan tiket kapal Pelni untuk tujuan ke Makassar. Lumayan mahal, tapi syukur uang saya masih cukup untuk membeli tiket seharga Rp.395.000. Di tiket tertera jadwal kedatangan KM. Bukit Siguntang tiba di pelabuhan Kupang pukul 09.00 WITA dan akan berangkat kembali pukul 13.00 WITA.

Saya pamit dari rumah di Noelbaki jam pukul 10.00, hanya satu setengah jam saya sudah sampai di pelabuhan, tapi kapal belum juga datang. Lama saya menunggu ditemani oleh Bang Zaenal, rekan satu tim saya ketika rescue paus biru yang terdampar di Lembata. Hakim kawan SMA saya di Gonzaga juga datang mengunjungi saya di pelabuhan.

Pihak pelabuhan mengumumkan dari pengeras suara bahwa KM. Bukit Siguntang mengalami hambatan di perjalanan jadi diperkirakan akan memasuki pelabuhan sekitar pukul 17.00 wita, dan akan diberangkatkan kembali pukul 20.00 wita. Ternyata kapal laut juga bisa delay.

Saya memasuki ruang tunggu terminal keberangkatan dengan tanpa halangan sama sekali. Maksudnya, ketika penumpang lain dengan barang bawaan yang banyak harus ditimbang dulu barangnya ketika antri, saya langsung dipersilahkan masuk. Tanpa harus ditanya macam-macam. Bahkan diberikan ruangan khusus untuk menunggu, oleh petugas KP3 pelabuhan. Ah aneh sekali. Bahkan ketika masuk kedalam kapal, ketika orang ramai berdesakan berebut untuk masuk terlebih dahulu, saya dengan santai dipersilahkan oleh TNI AL yang berjaga untuk memasuki kapal, tanpa berdesakkan. Ini juga aneh.

P1160529

KM. Bukit Siguntang

P1160530

KM. Bukit Siguntang, sandar di Pelabuhan Kupang.

Saya masuk ke Dek 4, parkir sepeda tepat di depan tempat tidur saya langsung berhadapan dengan pintu masuk, jadi tidak sulit untuk nanti keluar dari Dek 4.

P1160536

Jendela Dek 4

P1160537

Parkir

Dua hari dua malam berlayar menuju Makassar. Ah itu waktu yang lumayan lama. Sebenarnya saya agak trauma dengan kapal Pelni. Karena 2010 lalu saya pernah dicopet di dalam kapal KM. Awu, dan hilang semua barang-barang termasuk uang, kartu identitas, handphone, kecuali carier yang untungnya selamat. Jadi saya sudah persiapkan segala sesuatunya untuk menciptakan suasana nyaman dan damai selama berlayar.

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan, charge battrei handphone dan mp3 player terlebih dahulu, pastikan semua terisi penuh. Bawa serta ‘terminal kuningan’ untuk berbagi sumber listrik di kapal. Termos untuk air panas sangat membantu, karena disediakan geratis air panas di pantry kapal. Pelni juga menyediakan tiga kali makan untuk para penumpang, itu sudah termasuk dalam harga tiket.

Nah untuk minum kopi atau teh, sebaiknya kita masukan dalam daftar logistik termasuk cemilan atau mie instan (pop mie dll), karena kalau mau minum kopi di caffe harga nya empat kali lipat, jadi lebih baik bawa sendiri. Persediaan rokok juga penting. Selalu waspada, itu penting sekalipun kita harus berpikiran positif. Tetapi tidak ada salahnya untuk berjaga-jaga. Coba berinteraksi dengan teman sesama penumpang di sekitar barak penumpang, itu sangat membantu untuk menciptakan situasi aman dan nyaman. Bisa ngobrol, atau bisa juga main catur atau kartu, atau nyanyi bersama (yang pasti lagunya lagu-lagu ambon). Pihak staff dan juga kru kapal biasanya tidak bertanggung jawab dengan segala bentuk kehilangan, ini serius. Beruntung ini adalah pengalaman kedua naik kapal Pelni, karena pada pengalaman pertama saya, berlayar selama lima hari empat malam dari Benoa menuju Kupang, saya mati gaya.