Satu Sepeda Satu Buku Untuk Indonesia

#‎HonaiPintar Satu Sepeda Satu Buku Satu Jendela Pengetahuan berkelanjutan, Membantu Anak-Anak di SD Inpres Poga, Distrik Poga, 80 km dari Wamena, Papua. simak kisah bersepeda Andreas Wahjoe Klau dari Jakarta sampai wamena di https://saintwahjoe.wordpress.com/…/…/24/pelangi-untuk-poga/

KARENA BUKU ADALAH SATU CAHAYA DI TEMPAT TAK BERLAMPU

Teman2 bisa membantu dengan mengirim buku2 bekas ataupun baru, adapun buku2 yang dibutuhkan :
-buku cerita
-buku pelajaran
-ensiklopedia pengetahuan anak.
-novel
-cerita bergambar
-majalah anak-anak
-buku untuk remaja dan orang tua.

Untuk DropBox di jakarta akan dibuka di markas BikePe’a Indonesia, bengkel sepeda surya abadi, jalan percetakan negara no 2 taman mencos, salemba tengah jakpus cc. Fransiscus Hari Budiman hari selasa – sabtu pukul 15.00 – 21.00,
atau pada saat CFD hari minggu 07.00 – 12.00 di depan Hotel Pullman, bunderan HI, samping pospol.

info :
Jakarta : Sanjaya Arifin tlp/sms/WA : 08128953034
Yose Rizal tlp/sms/WA : 08161357904
Surabaya : cak Adhi Widyatama 08123071061, WA 081252377216
Malang : Muhammad Revandi tlp/sms/WA :081287176454

Pelangi untuk Poga

DSC_0341

Ketika saya tiba di Wamena, tujuan saya hanya satu, yaitu Poga. Sebuah distrik yang masuk dalam wilayah Kabupaten Lany Jaya. Kurang lebih berjarak 75 km dari Wamena. Mengayuh sepeda melewati wilayah pegunungan tengah Papua, dengan rute mendaki paling tinggi selama saya bersepeda dari Jakarta hingga Papua. Kenapa saya begitu tertarik dan berusaha bagaimana caranya saya harus bisa mengunjungi Poga? Tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tetapi semangat dan hasrat ini tak bisa saya bendung. Dan ternyata, Poga menjadi satu-satunya tempat dimana saya bisa menjawab pertanyaan dari seorang penjelajah negeri yang saya jumpai di Merauke. Katanya begini, “Wahyu selama ini kita menjelajah hampir setengah pelosok negeri tercinta ini, kita menikmati semua hal yang kita jumpai. Keindahan, keramahan, dan kedamaian negeri ini, tetapi apa yang bisa kita buat, atau apa yang sudah kita buat untuk negeri ini?” ah saya mau menangis rasanya menjawab pertanyaan itu.

Selama ini saya berpikir, mungkin dengan menceritakannya dalam tulisan dan membagikannya kepada para saudara dan teman-teman adalah salah satu cara untuk mengabarkan, bahwa Indonesia itu indah, bahkan lebih dari sekadar indah. Dan saya sadar, apa yang sudah saya lakukan ketika bersepeda mengunjungi halaman rumah nusantara, tak cukup untuk menjawab pertanyaan itu. Tak sampai cukup untuk membuktikan bahwa saya mencintai negeri ini dan kehidupannya.

Di Poga, saya memutuskan untuk tinggal lebih lama. Untuk membantu para guru-guru hebat di tempat ini mengajar anak-anak di Sekolah Dasar Inpres Poga. Saya sangat berharap dengan mengajar anak-anak pintar dan cerdas di tempat ini, saya mampu untuk membaktikan diri saya bagi negeri ini, walupun tak seberapa.

Jujur saja, bisa mendapatkan kesempatan mengunjungi Poga dan mengajar anak-anak di sini bagi saya lebih mahal harganya ketimbang saya hanya bersepeda keliling Indonesia. Setidaknya itu yang saya rasakan. Tempat yang sangat jauh dari Jakarta, jauh dari modernitas kehidupan, tetapi memiliki keindahan dan kedamaian tiada banding.

Ada beberapa anak yang harus berjalan kaki dari rumahnya, lebih dari sepuluh kilometer untuk bisa belajar di sekolah. Melewati lembah dan bukit bertelanjang kaki, menembus dinginnya suhu pegunugan. Dengan harapan dan mimpi yang begitu besar, yaitu meraih mimipi dan cita-citanya. Tak ada hal yang lebih indah dan membahagiakan daripada mendengar mereka bercerita tentang mimpi dan semangat mereka. Tak ada hal yang paling mendamaikan selain bisa membantu mereka mengasah mimpi dan harapannya, akan kehidupan yang jauh lebih baik. Memberikan pengetahuan dan harapan bahwa di sini tak ada beda, dengan saudara-saudara kita di tempat lain. Di tempat yang jauh lebih beruntung bisa menikmati kehidupan dengan segala fasilitas dan sarana yang disediakan negara. Bahwa kita semua sama.

DSC_0082

Sahabat-sahabat kecil di sini masih bisa selalu terseyum, menari dan bernyanyi. Menyanyikan mimpi dan harapan mereka. Menyanyikan kedamaian dan keindahan hidup. Saya selalu menitihkan air mata melihat itu semua. Sahabat-sahabat kecil, apa yang bisa saya berikan untuk kalian.

Kemudian saya pun bermimpi, untuk bisa membantu mereka mewujudkan segala yang mereka impikan. Tentang pengetahuan, dan hal-hal yang tak pernah mereka lihat. Sekolah ini sangat kekurangan buku-buku pelajaran. Ah ingin sekali saya bisa mengajak saudara-saudara di tempat lain, untuk juga bisa membantu sahabat-sahabat kecil disini untuk terus bermimpi tentang cita-cita mereka.

Beberapa sekolah di sini, bahkan tidak aktif lagi karena kekurangan guru-guru pengajar. Di sekolah ini pun, guru tak cukup jumlahnya. Sudah seminggu di sini, saya membantu mengajar di kelas dua dan empat.

Semesta yang telah mempertemukan saya dengan Tanah Papua, tanah impian saya. Saya bersyukur untuk semuanya. Bahwa akhirnya saya bisa sampai di Poga, di sebuah lembah yang menyuguhkan begitu banyak hal indah nan luar biasa. Saya bisa bertemu dengan orang-orang hebat yang lebih gila dari saya di tempat ini. Yang berani bermimpi, walau dinginnya malam yang menembus dinding honai sering mengganggu indahnya tidur malam mereka. Walaupun hanya tidur beralaskan rumput kering, mereka tak pernah takut untuk selalu berharap. Di lembah ini, pelangi selalu hadir untuk menghiasi kehidupan mereka. Saya pun bisa mendengar lagu-lagu tentang cinta dan mimipi mereka. Lagu tentang canda tawa dan indahnya dunia. Hanya satu doa saya, semoga Tuhan selalu memberikan pelangi, untuk menghiasi kehidupan di tanah ini.

DSC_0164

Goodbye And See You in Another Day

Jalan Panjang di Taman Nasional Wasur.

Jalan Panjang di Taman Nasional Wasur.

Katanya jalan menuju Sota, perbatasan Indonesia dan PNG sangat membosankan. Jalan lurus sepanjang 80 km. Melewati Taman Nasional Wasur yang banyak sekali terdapat Musamus, atau sarang semut. Semut-semuat itu membangun sarang di atas permukaan tanah, membangunnya dari tumbuhan dan juga tanah hingga menjulang tinggi. Ketinggiannya bisa mencapai 3 meter bahkan lebih. Musamus itu menjadi ikon Merauke. Pemandangan Musamus yang jumlahnya sangat banyak menjadi daya tarik sendiri. Itu terdapat sepanjang jalan di Taman Nasional sampai di perbatasan PNG.

musamus tinggi

Musamus a.k.a. Sarang Semut.

rawa merah

Rawa Merah.

Continue reading

Pak Guru Rimba

Pak Guru Fawaz al-batawy, Orang Pea, Pak Guru Habibie

Pak Guru Fawaz al-batawy, Orang Pea, Pak Guru Habibie.

Sokola Rimba

Saat di Agats, saya bertemu dengan banyak orang-orang hebat nan luar biasa. Salah satunya adalah guru-guru dari Sokola Rimba. Namanya Pak Guru Habibie dan Pak Guru Fawaz al-batawy. Siapa tak kenal Sokola Rimba ya kan, dan asli keren sekali dua Pak Guru ini. Simpel santai bersahaja dan mereka adalah para pahlawan bangsa. Nyaris saya mau gabung jadi volunteer di Sokola Rimba. Dan niat itu lumayan bikin saya galau. Kalau saya sedang tidak bersepeda, tentu saya sudah ikut mereka mengajar di pedalaman Asmat. Apalagi mendengar mereka bercerita tentang pengalamannya. Pelee.. gak nahan. Mupeng abiiss..

Apa yang saya lakukan sekarang, bener-bener tak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang guru-guru ini lakukan. Serius kawan. Berkat orang-orang yang punya mimpi gila macam mereka, banyak saudara-saudara di pedalaman mengenal peradaban baca tulis. Awal peradaban untuk melangkah ke depan ke sebuah titik yang lebih baik.

Kemarin-kemarin saya hampir tidak pernah mendengar tentang para Guru-guru Sokola Rimba, mungkin kalah ngetop sama Indonesia Mengajar yang kayaknya keren banget. Padahal Sokola Rimba jauh lebih keren banget, menurut saya lho ya. Hahaha.. tapi semuanya keren banget lah. Dengan sebuah cita-cita luhur yang sama. Demi Indonesia Tercinta.

terbang

Pesawat Capung yang membawa Pak Guru dan Pastor Anton OSC juga Bapa Uskup Agats siap terbang.

AMA

Pesawat AMA (Association Mission Aviation), di Bandara Ewer, Asmat.